Proxy war atau perang proksi adalah perang
yang terjadi ketika lawan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi
satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan
pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan
tentara bayaran, pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang dingin. (Wikipedia)
tentara bayaran, pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang dingin. (Wikipedia)
Menurut KASAD Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo: "Proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua
kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari
konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi risiko konflik yang
berisiko kehancuran fatal."
KASAD mengatakan, perang proxy biasanya dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Yang
bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang pemain itu
bisa pula berupa non-state actors, seperti LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau
perorangan. "Proxy merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang
berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan
langsung suatu perang yang mahal dan berdarah," kata KASAD.
Indikasi Perang Proxy di Indonesia
Menurut Jendral TNI Gatot
Nurmantyo, indikasi adanya proxy war di Indonesia diantaranya:
- Gerakan separatis
- Demonstrasi massa
- Sistem regulasi yang merugikan
- Peredaran narkoba
- Pemberitaan media yang provokatif
- Penyebaran pornografi dan seks bebas
- Tawuran pelajar, dan
- Bentrok antar kelompok.
Menurut para pengamat politik dan pakar ilmu
strategi global negara adikuasa di dunia ini sebuah fakta nyata atau kah hanya
sebuah ilusi dan paranoid. Terdapat hasil diskusi akademis yang dikeluarkan
oleh :
a. Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 10
Maret 2014. Proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam
bentuk:
- Menjadikan Indonesia sebagai pasar produk pihak asing.
- Menghambat pembangunan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar kalah bersaing dalam era pasar bebas dunia.
- Merekrut generasi muda Indonesia dengan indoktrinasi disertai fasilitas pendidikan dan materi, agar mau jadi agen negara asing, agar kalau mereka jadi pemimpin bangsa Indonesia dikemudian hari, akan bisa dikendalikan oleh pemerintah negara asing tersebut.
- Negara asing akan melakukan investasi besar-besaran di bidang industri strategis, agar menguasai sektor industri strategis di Indonesia (migas, pertambangan, listrik, komunikasi, satelit, Alat Utama Sistem Senjata Militer RI, Saham Bluechip, dll).
- Pihak asing berusaha menciptakan pakta pasar bebas regional dan dunia, agar produk lokal Indonesia menjadi tertekan dan hancur. Melakukan penetrasi, penyusupan, suap, kolusi dengan pihak anggota legislatif Indonesia, agar produk hukum strategisnya akan menguntungkan pihak asing.
- Menciptakan kelompok teroris di Indonesia, agar dengan dalih untuk memerangi terorisme dunia, pihak asing dapat leluasa melakukan intimidasi dan campur tangan masuk ke Indonesia dengan dalih untuk menghancurkan terorisme dunia.
- Membeli dan menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk membentuk opini publik yang menguntungkan pihak asing. Menguasai industri teknologi komunikasi tingkat tinggi, seperti satelit komunikasi dan satelit mata mata, agar dapat menyadap dan memonitor seluruh percakapan pejabat penting Indonesia, juga lokasi kekuatan militer Indonesia, serta kekayaan tambang Indonesia.
- Memecah belah dan mengahancurkan generasi muda Indonesia dengan narkoba, pergaulan seks bebas, budaya konsumtif, dan bermalas malasan.
b. Universitas Brawijaya, memberikan hasil diskusi
tentang Proxy war di Indonesia, hampir sama dengan hasil dari Universitas
Indonesia.
c. Hasil diskusi ilmiah Institut Teknologi Bandung,
juga hampir sama.
d. Hasil diskusi ilmiah dari Lembaga Ketahanan Nasional Jakarta,
19 Juni 2014, juga hampir sama.
Upaya Mengatasi Proxy War
a. Kepada TNI AD
Dalam Amanat KASAD pada upacara pengibaran
bendera yang dilaksanakan setiap tanggal 17 setiap bulannya yang berlangsung di
lapangan Olah Raga Pusdik Arhanud pada bulan Februari 2015 mengatakan
"Ancaman proxy war, dalam konteks kepentingan nasional bangsa Indonesia,
harus terus diwaspadai dan disikapi secara bersungguh-sungguh. Dalam kaitan
itu, kepada seluruh prajurit TNI AD saya perintahkan agar senantiasa
membentengi diri, keluarga dan satuan masing-masing dari pengaruh dan ancaman
bahaya proxy war dengan :
- Perkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Jaga soliditas satuan, serta
- Jadikan selalu Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI sebagai landasan dalam berpikir, berbuat dan bertindak dalam bentuk kehidupan para Prajurit.
KASAD menegaskan, agar kita pedomani pesan
Panglima Besar Jenderal Soedirman yang disampaikan puluhan tahun yang lalu,
yang masih tetap sesuai untuk kita terapkan dalam menghadapi bahaya dan ancaman
proxy war
Janganlah mudah tergelincir dalam saat yang akan menentukan nasib bangsa dan
negara kita, seperti yang kita hadapi pada dewasa ini, fitnah yang besar atau
halus, tipu muslihat yang keras atau lemah, provokator yang tampak atau
sembunyi, semua itu insya Allah dapat kita lalui dengan selamat, kalau saja
kita tetap awas dan waspada, memegang teguh pendirian cita-cita, sebagai
patriot Indonesia yang sejati.
b. Kepada Mahasiswa/Pemuda
Menurut KASAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
dihadapan para mahasiswa Universitas Sumatera Utara bahwa pemuda sebagai tulang
punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut
untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan
negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy
war diantaranya dengan:
- Selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah
- Ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing
- Melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan
- Mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter.
Untuk itu pemuda, dalam hal ini mahasiswa,
harus membekali diri dengan ilmu, keahlian, dan keterampilan sesuai bidangnya.
Wawasan luas, berpengalaman untuk membentuk karakter dan berwawasan kebangsaan
sehingga mampu melawan dan menghancurkan proxy war di Indonesia.
Di masa yang akan datang, dunia, negara, provinsi, kabupaten/kota, komunitas,
dan lembaga akan bersama-sama membentuk "global forum":
- Dalam semangat dan komitmen memilih tanpa harus menghakimi
- Menentukan tanpa harus menyalahkan
- Memutuskan tanpa harus merendahkan
- Menonjolkan tanpa harus meniadakan
- Bhinneka Tunggal Ika (Unity in diversity), dan
- Semangat gotong royong.
Kesimpulan
Menurut KASAD Jenderal TNI
Gatot Nurmantyo, dalam bukunya yang berjudul: "PERAN PEMUDA DALAMMENGHADAPI PROXY WAR", Proxy War adalah sebuah konfrontasi antara dua
negara yang menggunakan "Peran Pengganti/boneka/antek antek", dalam
berkonfrontasi dan memenangkan konfrontasi, agar tidak berkonfrontasi secara
frontal, terbuka dan berisiko kehancuran yang fatal.
Biasanya pihak yang dijadikan boneka/antek dalam proxy war, adalah LSM, Ormas,
kelompok masyarakat ataupun tokoh masyarakat perorangan, yang eksis di negara
sasaran, yang memiliki kemampuan dan jaringan luas dan pengaruh kuat di
kalangan masyarakat negara sasaran tapi mereka bisa dibeli dan mau mengkhianati
bangsanya sendiri untuk mendapatkan kekuasaan, jabatan dan kekayaan dari pihak
negara penyerang.
Melalui proxy war ini, tidak dapat dikenal dengan jelas siapa lawan dan siapa
kawan, karena negara penyerang mengendalikan "Boneka/Non State
Actors" ini dari luar negeri. Negara penyerang akan membiayai semua dana
operasi dan imbalan bagi para non-state actors ini, dengan syarat mereka mau
melakukan semua keinginan penyandang dana proxy war ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar